Wednesday, November 22, 2006
ARTIKEL : Tonsilitis (Radang Amandel)
Coretan ini terinspirasi dari kejadian jumat pagi ketika hubby-ku ngeluh engga bisa nelan dan selalu mau 'throw up' kalo maksain untuk nelan. Dibawah ini aku cuplik beberapa artikel tentang Amandel dari berbagai sumber :

Sumber : Medicastore
NAMA
Tonsilitis (Radang Amandel)

DEFINISI
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil (amandel).
Tonsilitis sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptokokuks atau infeksi virus (lebih jarang).
Tonsil adalah kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak tenggorokan).
Tonsil berfungsi membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa 'dikalahkan' oleh infeksi bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsilitis.
Infeksi juga bisa terjadi di tenggorokan dan daerah sekitarnya, menyebabkan faringitis.

GEJALA
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan yang semakin parah jika penderita menelan.
Nyeri seringkali dirasakan di telinga karena tenggorokan dan telinga memiliki persarafan yang sama.
Anak-anak yang lebih kecil biasanya tidak mengeluhkan tenggorokannya nyeri, tetapi mereka tidak mau makan.
Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala dan muntah.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Tonsil membengkak dan tampak bercak-bercak perdarahan. Ditemukan nanah dan selaput putih tipis yang menempel di tonsil. Membran ini bisa diangkat dengan mudah tanpa menyebabkan perdarahan.
Dilakukan pembiakan apus tenggorokan di laboratorium untuk mengetahui bakteri penyebabnya.

PENGOBATAN
Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 10 hari. Jika anak mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika:
- tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun
- tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 2 tahun
- tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 3 tahun
- tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.





Artikel-Artikel


Amandel, Perlukah Dibuang..?

Kosa kata "amandel" rasanya sudah akrab di telinga. Begitu pula dengan istilah "operasi" amandel. Namun, seberapa jauh pemahaman kita tentang amandel dan operasi pengangkatannya.

"Belakangan ini anak saya sering demam akibat pembesaran amandelnya. Apa amandelnya perlu diangkat, Dok?" tanya seorang ibu yang memeriksakan penyakit amandel anak laki-lakinya kepada seorang dokter ahli THT (Telinga Hidung tenggorokan).
Tentu saja, dokter tidak bisa gegabah menentukan apakah amandel si anak akan diangkat atau tidak. Keadaannya pasti akan dilihat dulu, apakah sudah terjadi infeksi kronis, sudah mulai mengganggu jalan saluran napas, atau bahkan sudah sampai mengganggu pencernaan bagian atas.

Organ sekecil apapun pastilah ada manfaatnya. Karena itu, diangkat atau tidaknya perlu dilihat kasus per kasus. Amandel, yang sebenarnya sebutan awam, bagi tonsilla palatina (tonsil), punya peran di dalam tubuh (disebut amandel karena bentuknya mirip buah amandel). Amandel merupakan salah satu jaringan limfoid di daerah faring. Fungsi jaringan yang letaknya di bagian belakang rongga mulut itu memproduksi sel-sel limfosit (salah satu jenis sel darah putih).
Organ ini, juga berperan penting dalam tahap-tahap awal kehidupan untuk melawan infeksi selaput lendir nasofaring (di belakang rongga hidung) dari udara pernapasan sebelum masuk ke saluran napas bagian bawah. Dari penelitian juga diketahui, tonsil dapat memperoduksi antibodi yang berperan dalam memproduksi Imunoglobulin A. Antibodi inilah yang membuat jaringan lokal tahan terhadap kuman penyakit. Dapat dikatakan, amandel menjadi benteng pertahanan terdepan yang menangkis serangan kuman penyakit yang masuk lewat pernapasan.
Berada di tengah struktur telinga, hidung, dan tenggorokan, tonsil sebenarnya terdiri atas tiga pasang. Pasangan pertama, tonsil faringealis, terletak pada dinding belakang saluran napas bagian atas atau faring dan di belakang hidung. Kedua, tonsil palatina pada sisi kiri dan kanan –pada lengkungan antara anak lidah dan dasar mulut (amandel). Pasangan ketiga, tonsil lingualis (tonsil lidah) yang letaknya di permukaan atas pangkal lidah.

Karena letaknya yang strategis, yaitu pada pintu masuk saluran napas dan makanan maka fungsi utama tonsil ialah menghancurkan mikroorganisme yang masuk di pintu atas sistem pernapasan dan pencernaan. Tonsil-tonsil itu membentuk lingkaran pertahanan yang saling dihubungkan oleh garis khayal yang disebut cincin Waldeyer.

Benteng pertahanan terdepan Tonsil alias amandel dapat mengalami berbagai macam gangguan, antara lain yang disebut dengan penyakit amandel atau peradangan tonsil. Peradangan ini bisa bersifat akut atau kronis.

Peradangan tonsil kebanyakan memang diderita oleh anak-anak, meski bisa pula terjadi pada orang dewasa muda. Penyebab radang bisa bermacam-macam. Bisa karena virus, jamur, atau berbagai macam bakteri seperti streptokokus, difteri, sifilis, tuberkulosa, dan lainnya.
Peradangan akut umumnya dimulai dengan demam tinggi (mungkin sampai menggigil), khususnya pada anak-anak. Dibarengi pula dengan tenggorokan yang terasa seperti terbakar serta nyeri menetap di belakang rongga mulut. Sewaktu menelan, nyeri bisa terasa sampai ke bagian telinga diikuti lagi nyeri kepala, lidah terasa tebal dan terjadi pembengkakan, serta rasa nyeri bila kelenjar getah bening di bawah dagu ditekan. Bila mulut penderita dibuka, akan tampak tonsil dan daerah sekitarnya -termasuk dinding belakang rongga mulut- berwarna sangat merah dan bengkak.

Berbagai penyebab yang berlainan itu mengakibatkan gejala radang tonsil yang berbeda-beda pula. Namun, dengan pengobatan yang tepat sesuai penyebabnya, radang akut biasanya dapat disembuhkan. Misalnya, kalau penyebabnyabakteri, radang amandel ditangani dengan pemebrian antibiotika. Bila gara-gara jamur, radang diatasi denagn obat antijamur. Sedangkan untuk gangguan tonsil karena tumor jinak ataupun gans, diperlukan penanganan tersendiri.
Kalau peradangannya bersifat kronis, tonsil akan membesar (hipertrofi) atau menciut (atrofi). Karena proses radang yang berulang, lapisan epitel selaput lendir akan terkikis sehingga jaringan limfoid terkikis pula. Pada proses penyembuhan, jaringan limfoid itu akan digantikan oleh jaringan parut, sehingga fungsinya pun mengalami gangguan. Tonsil akan terlihat membesar dengan permukaan tidak rata, terbentuk alur-alur melebar paa permukaan.
Penderita tonsilitis (radang tonsil) kronis biasanya akan merasakan ada sesuatu yang menyekat tenggorokannya, terkadang tenggorokannya terasa kering, dan napasnya berabu. Rasa nyeri pada tenggorokan bisa sering berulang. Yang dikhawatirkan apabila tonsil yang membesar itu sampai mengganggu jalan napas. Hal itu menyebabkan sesak napas sehingga penderita akan mendengkur ketika tidur.

Pada gilirannya penyempitan jalan napas itu bisa mengganggu konsentrasi anak karena kurangnya suplai oksigen ke otak. Anak menjadi tampak malas belajar dan cepat mengantuk. Makanya, anak yang menderita radang amandel sering dianggap sebagai bodoh. Padahal gangguan terhadap amandel itu penyebabnya –bukan karena terjadi penurunan kecerdasan.
Pembengkakan kronis dapat diatasi dulu dengan pengobatan lokal. Misalnya, dengan antibiotika agar mulut selalu terjaga kebersihannya. Kalau setelah dikonsultasikan kemudian dokter menyarankan agar amandel sebaiknya dibuang, kita ikuti saja. Sebab, jalan satu-satunya untuk mengatasi hal itu memang dengan melakukan operasi tonsilektomi (radikal). Operasi itu sudah barang tentu dilakukan setelah infeksinya reda.

Apabila tidak diangkat peradangan tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya atau organ tubuh lain yang letaknya jauh melalui aliran darah atau getah bening. Komplikasi ke daerah sekitar tonsil biasanya berupa pembentukan abses (pembengkakan berisi nanah), rhinitis kronis (peradangan hidung menahun), sinusitis, atau otitis media (biasa dikenal dengan congek). Komplikasi ke organ tubuh yang jauh misalnya endokarditis (radang pada katup jantung), artritis (radang sendi), radang otot, radang ginjal, dermatitis (radang pada kulit), gatal-gatal, urtikaria (biduran), dan sebagainya.

Melalui buku "Otolaryngology, Head and Neck Surgery", Paparella dan Shumrick menjelaskan tonsilektomi (pengangkatan tonsil) harus dilakukan bila:
Terjadi radang tonsil akut berulang, lebih dari tiga kali setahun
Setelah terjadinya komplikasi berupa abses di daerah sekitar tonsil
Penderita merupakan karier atau pembawa penyakit difteri
Tonsilitis menyebabkan kejang demam
Pembesaran tonsil mengakibatkan sumbatan jalan napas (gejala mendengkur) atau adanya gangguan menelan.
Operasi pengangkatan juga perlu dilakukan bila terdapat tonsil yang membesar atau terdapat sisa-sisa sel radang diantara lekukan-lekukannya (debris), terjadi infeksi hidung kronis, infeksi saluran napas berulang, serta timbul penyakit sistemik yang diakibatkan oleh infeksi bakteri streptokkokus beta hemolitikus (misalnya penyakit katup jantung).



Bius lokal atau total.

Operasi amandel dapat dilakukan dengan pembiusan umum ataupun lokal. Tentu saja, pembiusan lokal membutuhkan biaya lebih murah dibandingkan pembiusan umum, sebab tidak digunakan obat anestesi yang beraneka ragam. Juga risiko yang mungkin terjadi nyaris tidak ada.

Namun, kalau memilih pembiusan lokal, diperlukan kerjasama sepenuhnya dengan penderita selama operasi berlangsung. Pada umumnya anak-anak yang ketakutan akan banyak melakukan gerakan. Jadi pembiusan lokal sulit dilakukan pada mereka.
Pada pembiusan umum atau total penderita tidak sadar selama operasi berlangsung, dan saat sadar operasi sudah selesai. Risiko anestesi total antara lain: reaksi alergi terhadap obat anestesi yang tidak dapat diketahui sebelumnya, kecuali penderita pernah mengalami sebelumnya.

Setelah operasi pun masih diperlukan kerjasama denga penderita agar tidak terjadi perdarahan. Penderita disarnkan untuk tidak banyak berbicara atau meludah. Diet dilakukan bertahap, mulai dengan pemberian makanan cair (tidak diperkenankan langsung menyantap makanan keras). Pemberian es atau es krim pada anak acap kali dilakukan untuk membantu mencegah terjadinya perdarahan. Pada anak-anak, operasi sering ditunda sampai anak berusia enam tahun (kecuali kalau tidak dapat ditunda lagi). Pertimbangannya, pada usia itu anak sudah dapat diberi pengertian tentang perawatan pasca operasi.

Pembesaran tonsil atau penyakit amandel memang tidak mutlak diatasi dengan pengangaktan, harus dilihat kasus per kasus. Sebab, organ tubuh sekecil apa pun pasti ada manfaatnya. Namun, kalau tidak dapat dipertahankan lagi, apa boleh buat, daripada kesehatan kita ikut terganggu gara-gara "si buah amandel". (Dr. Rini Febrianti, di Bandung/Intisari).



Ngorok Berat : Operasi saja!

Mengorok bukan pertanda tidur nyenyak. Selain mengganggu teman tidur, si pengorok sendiri tak merasakan nikmatnya bangun tidur akibat gangguan henti napas (obstructive sleep apnea). Kini dengan operasi 10 menit bisa membereskan masalah itu.

Semasa muda dan rajin berolahraga, berat tubuh Osman 80 kg. Setelah menikah, usia bertambah, dan kegiatan olahraga berkurang, bobotnya perlahan naik hingga mencapai 102 kg. Keluhan letih, tidak segar saat bangun tidur pun mewarnai hari-harinya. Osman heran, menurut istrinya ia selalu mengorok keras setiap tidur. Meski begitu, ayah tiga anak ini tidak pernah merasakan enaknya tidur. Karena ia juga mengidap darah tinggi, hidupnya semakin tak nyaman akibat sering pusing. Obat penurun tekanan darah dari dokter tak memberi banyak kemajuan. Ia hanya merasa sedikit enak setelah minum obat itu. Ia kemudian dirujuk ke ahli neurologi karena dokternya menyangka ada darah membeku di otaknya. Setelah diperiksa, hasilnya nihil. Dokter di Singapura itu lantas memintanya periksa ke ahli THT (telinga, hidung, dan tenggorokan). Di situlah akhirnya ditemukan bahwa Osman menderita OSA (obstructive sleep apnea) atau gangguan henti napas saat tidur. Gangguan ini akibat tertutupnya saluran napas oleh jaringan lunak. Kegemukan menjadi faktor penting terjadinya OSA. Dalam pantauan dokter, selama tujuh jam tidur Osman mengalami 64 kali henti napas, dan hanya 40 persen oksigen yang mengalir ke otaknya. Mengorok pada dasarnya adalah bunyi berisik udara yang kita hirup, keluar masuk lewat mulut dan hidung saat kita tidur. Bunyi ini muncul karena udara tidak bebas mengalir melalui keduanya. Struktur mulut dan tenggorokan (lidah, tenggorokan atas, langit-langit atas, uvula, tonsil, dan adenoid) bergetar bersamaan.Ada beberapa hal yang menyebabkan udara yang keluar masuk lewat saluran napas ini tak lancar. Pertama, karena alergi musiman, flu misalnya, hidung tersumbat lendir. Kedua, terjadi akibat adanya pembengkakan pada tonsil atau adenoid (kelenjar yang terletak di bagian dalam kepala dekat dengan saluran napas), yang disebabkan oleh infeksi karena bakteri.Jangan lupa bahwa kebanyakan minum alkohol juga bisa menyebabkan terjadinya ngorok. Ini karena lidah dan otot-otot pada tenggorokan terlalu rileks akibat alkohol, sehingga menghambat atau memblok proses mengalirnya udara di saluran napas dan mulut. Mengorok juga bisa muncul karena seseorang kelebihan berat badan.Jenis mengorok lain lagi yang sangat penting diperhatikan adalah sebagai gejala adanya gangguan tidur serius yang dikenal dengan obstructive sleep apnea, seperti yang dialami Osman.

Pada tahap ini orang yang mengorok mengalami henti napas saat mengoroknya berhenti. Akibatnya, ia gelagapan dan terbangun. Padahal, keadaan henti napas bisa terjadi berkali-kali, bahkan ada yang sampai puluhan kali.

“Hal ini terjadi karena saat kadar oksigen dalam darah terlalu rendah akibat tidak lancarnya napas, otak akan memberi perintah untuk bangun agar Anda bisa bernapas dan tetap hidup,” ungkap Dr. Goh Yau Hong, FRCS, FAMS (ORL) ahli THT dari RS Mount Elizabeth, Singapura.

Akibatnya, waktu bangun di pagi hari, orang merasa capai dan saat bekerja di siang hari tidak merasa fit. Inginnya tidur melulu, dan akhirnya produktivitas menurun.

Sayang, “Kebanyakan orang tidak tahu tentang penyakit ini. Jika mereka sulit bernapas atau merasakan sesak di dada, dikira mengidap sakit jantung. Jika kepala sering pusing dianggap tanda mengidap tekanan darah tinggi,” ujarnya.
Menurut Dr. Goh, sekitar 50 persen pasien OSA yang dihadapinya adalah penderita hipertensi karena memang OSA bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Mereka ini rawan terkena stroke, serangan jantung, mengalami penurunan daya ingat, serta mudah mengalami perubahan suasana hati (mood).Kondisi seperti ini akibat berkurangnya asupan oksigen. “Saat napas Anda tidak berjalan semestinya, kadar oksigen dalam darah akan berkurang. Akibatnya jantung akan bekerja keras dan tekanan darah naik. Dalam jangka lama, Anda akan kena hipertensi,” ungkap Dr. Goh.Jadi, perhatikanlah! Bila saat bangun pagi Anda merasa capai dan tidak segar, perlu diselidiki apakah Anda mengalami sleep apnea. Menurut Dr. Goh, ada dua cara menentukan seseorang terkena sleep apnea atau tidak. Pertama, dilakukan pemeriksaan ENT (ear, nose, throat atau telinga, hidung, tenggorokan) dengan cara melihat keadaan terowongan di tenggorokan. Seberapa jauh blokade terjadi.Kedua, pemeriksaan di laboratorium tidur untuk melihat seberapa banyak seseorang mengalami henti napas dan seberapa rendah kadar oksigen yang bisa diasup saat tidur. Dinyatakan apnea bila keadaan henti napas lebih dari 10 detik dengan tenggang waktu kurang dari 10 detik. Sementara hipoapnea adalah keadaan berkurangnya separuh dari aliran udara.Dr. Hermawan Suryadi, Sp.S, ahli saraf dari Klinik Neuropsikiatri dan Revitalisasi Carmel di Jakarta, menambahkan bahwa ada satuan nilai yang disebut apnea hipoapnea index atau AHI yang menggambarkan banyaknya periode apnea dan hipoapnea per jam. Nilai AHI lebih dari 10 menunjuk pada kondisi abnormal, sedangkan nilai AHI 50-80 mencerminkan OSA yang berat. Kedua pemeriksaan ini (sleep study) yang biasanya menggunakan alat bernama polisomnografi membutuhkan waktu semalam, sehingga pasien mesti menginap di laboratorium tidur. Dengan pemeriksaan ini pula, dokter akan menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan.Pada kasus mengorok ringan, biasanya perubahan perilaku pada pasien akan disarankan. Antara lain dengan lebih aktif berolahraga, mengurangi rokok, latihan pernapasan, dan rileksasi. Meski ada obat-obatan yang bisa digunakan sebagai pereda dengkuran, yang terbaik adalah menyingkirkan penyebab utama. Bila mengorok akibat kegemukan, harus diambil tindakan pelangsingan tubuh. Jika terjadi karena gangguan di organ THT, yang harus dilakukan adalah memperbaiki kondisi THT-nya. Contohnya merapikan gigi, karena gigi yang tidak teratur juga bisa menyebabkan orang mengorok. Kalau kelainan tidak ditemukan dan orang tetap mengorok, akan dilakukan pemasangan CPAP (Continuous Positive Air Pressure). Alat ini terdiri dari masker dan kompresor. Cara kerjanya, masker ditutupkan ke hidung. Lalu ke dalam masker dialirkan udara bertekanan tetap dari kompresor, sehingga jalan napas tetap terbuka. Berkat alat ini pengorok biasanya tak akan mengorok lagi dan bangun tidur dalam keadaan segar.Di tempat praktik Dr. Goh, penyelesaian untuk kasus ringan bisa jadi sangat sederhana. Dengan prosedur yang disebut Pillar Procedure ini hanya butuh waktu 10 menit untuk menyelesaikan masalah, yang ternyata juga bisa digunakan untuk pasien OSA.Caranya, dokter akan memasukkan tiga polyester inserts yang sangat kecil ke dalam bagian belakang langit-langit yang lunak (soft palate) untuk memperbaiki struktur. Sekitar 70-80 persen kasus mengorok dan OSA disebabkan oleh vibrasi bagian belakang langit-langit yang lunak ini. “Pillar Procedure merupakan suatu prosedur yang sederhana dan mudah untuk memperkeras soft palate. Benar-benar merupakan cara yang sangat cepat untuk mengatasi kasus OSA dan mengorok,” sebut Dr. Goh.

Dari pengalamannya melakukan prosedur seharga 3.000 dolar Singapura ini, hasilnya sangat baik. Tidak akan terjadi gangguan pada saat berbicara maupun menelan. Dalam waktu 24 jam pasien bisa beraktivitas normal, dan gangguan mengorok maupun OSA teratasi. “Pasien biasanya puas,” kata Dr. Goh.(Widya Saraswati/Abdi Susanto).

posted by utamee @ 9:14 AM  
1 Comments:
  • At 11:10 AM, Anonymous Anonymous said…

    rafie-aqila.blogspot.com is very informative. The article is very professionally written. I enjoy reading rafie-aqila.blogspot.com every day.
    cash loan
    online payday loan

     
Post a Comment
<< Home
 
 

Get your own calendar

MommyLovesRafie&Daddy
Let Your Soul Be Your Pilots

RockYou PhotoFX - Get Your Own
My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia
Isi-nye
Arsip-nye
Surfing-nye
Template by
Free Blogger Templates
© ..... dedicated for our beloved son .....